UKM Pakai TI Jangan Sekadar Gengsi!

Bandung DetikInet – Kemajuan teknologi informasi (TI) hampir setiap saat digadang-gadang bakal mengembangkan industri. Padahal, tak selamanya seperti itu. Kembali lagi ke perusahaan tersebut, mampu atau tidak memanfaatkan TI, jangan sekadar gengsi.

Demikian disampaikan Direktur Center for Innovation, Entrepreneurship & Leadership (CIEL) ITB, Dwi Larso PhD usai seminar bertajuk ‘UKM Dalam Menghadapi Perekonomian Global dengan Aplikasi Teknologi Informasi’ di Aula Timur ITB, Rabu (15/4/2009) petang.

“TI penting dan berguna bagi yang bisa memanfaatkan. Kalau tidak bisa memanfaatkannya malah tidak memberikan benefit bagi perusahaan,” katanya kepada detikINET.

Menurut Dwi, ada dua kendala dalam penerapan TI di UKM. Yaitu masalah knowledge dan mindset. “Harus ada pengetahuan dan pola pikir untuk menumbuhkan bisnis. Bukan hanya bisnis pada saat ini. Nah, teknologi bisa menjadi jembatan karena ada aksesnya,” terangnya.

Sayangnya, saat ini kebanyakan perusahaan — khususnya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) — menerapkan TI hanya sebatas mementingkan gengsi. Tidak memelihara dan mengembangkannya secara serius.

Senada dengan Dwi, Direktur Utama PT Progressio Indonesia, pengelola situs penjualan produk di Bandung, Ir Chairul Novin mengaku kebanyakan dari UKM saat ini memanfaatkan IT hanya untuk etalase.

“Cenderung gengsi yang lebih unggul. Pakai ini pakai itu tapi hanya sekedar etalase. Cuma nampang terus kemudian tenggelam di halaman seratus dari search engine,” terang pria yang akrab dipanggil Novin itu.

Padahal menurut Novin, jika dikelola dengan baik, online marketing sangat potensial karena pasar yang digarapnya tidak dibatasi oleh wilayah. Hal ini berdampak pada margin dan omzet yang diraup.

“Tahun lalu omzet saya Rp 1,5 miliar. Setelah memanfaatkan TI, dalam 3 bulan saya bisa meraup Rp 1,5 miliar. Belum lagi efisiensi lainnya seperti tenaga kerja dan promosi yang bisa saya pangkas,” paparnya.

Walaupun lanjut Novin, dirinya harus merogoh kocek sampai Rp 50 juta untuk investasi awal di TI. “Di awal saya beli 5 unit komputer baru, memperkerjakan staf TI dan belanja-belanja lainnya. Ya sekitar Rp 50 juta saya keluarkan. Namun nilai tersebut kecil jika dibandingkan dengan hasil yang di dapatkan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan