
Surabaya, 13 Juni 2025 – Balai Diklat Industri (BDI) Surabaya menerima kunjungan penting dari tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Kamis (13/6). Kunjungan ini merupakan bagian dari pelaksanaan riset bertajuk “Tata Kelola Kelembagaan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Ketenagakerjaan dalam Peningkatan Akses Ketenagakerjaan bagi Penyandang Disabilitas Lulusan Perguruan Tinggi”.
Riset ini bertujuan menggali data dan praktik terbaik terkait pengelolaan layanan disabilitas dalam ranah ketenagakerjaan. Khususnya, fokus riset adalah bagaimana lembaga pelatihan dan pendidikan seperti BDI Surabaya mendukung akses kerja bagi penyandang disabilitas, terutama lulusan perguruan tinggi, yang kerap menghadapi tantangan ganda di dunia kerja.
Tim peneliti BRIN disambut langsung oleh jajaran manajemen BDI Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak membahas peran strategis lembaga pelatihan dalam mendorong inklusi ketenagakerjaan serta potensi penguatan kebijakan melalui sinergi lintas lembaga.
Menurut penjelasan dari Ketua Tim Peneliti , penelitian ini merupakan bagian dari program nasional yang berfokus pada penguatan ekosistem ketenagakerjaan inklusif. “Penyandang disabilitas lulusan perguruan tinggi kerap memiliki kompetensi yang baik namun masih menghadapi hambatan struktural dan budaya di dunia kerja. Dengan memahami tata kelola Unit Layanan Disabilitas (ULD), kami berharap dapat memberikan rekomendasi berbasis data untuk meningkatkan akses mereka ke dunia kerja,” jelasnya.
Unit Layanan Disabilitas (ULD) adalah perangkat kelembagaan yang disiapkan pemerintah untuk menjamin pelayanan ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas. Sayangnya, implementasi ULD di berbagai daerah belum seragam, baik dari sisi kapasitas, peran, maupun integrasinya dengan lembaga lain.
Dalam konteks ini, BDI Surabaya menjadi salah satu lembaga yang dinilai strategis oleh BRIN, mengingat perannya dalam menyediakan pelatihan vokasi yang adaptif terhadap kebutuhan industri serta upayanya dalam menjangkau kelompok marjinal, termasuk penyandang disabilitas.

Kepala BDI Surabaya, Zya Labiba M.T., menyambut baik kolaborasi ini dan menyampaikan apresiasinya atas inisiatif BRIN dalam menggagas riset yang mendalam dan relevan dengan isu ketenagakerjaan inklusif. Ia menyatakan bahwa BDI Surabaya terbuka untuk menjadi mitra strategis dalam mendorong perubahan yang berorientasi pada kesetaraan.
“Kami melihat bahwa riset ini sangat penting, bukan hanya dari aspek akademik, tapi juga sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan yang lebih berpihak pada kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas. Kami berharap kontribusi kami dalam proses penelitian ini bisa membantu mempercepat terbentuknya sistem ketenagakerjaan yang lebih adil,” ujar Zya
“Kami melihat bahwa riset ini sangat penting, bukan hanya dari aspek akademik, tapi juga sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan yang lebih berpihak pada kelompok rentan, khususnya penyandang disabilitas. Kami berharap kontribusi kami dalam proses penelitian ini bisa membantu mempercepat terbentuknya sistem ketenagakerjaan yang lebih adil,” ujar Zya.
Selama ini, BDI Surabaya telah mengembangkan berbagai program pelatihan yang dirancang untuk membuka peluang kerja yang lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, BDI juga mulai menyisipkan pendekatan pelatihan inklusif dengan menyediakan fasilitator khusus dan adaptasi kurikulum untuk peserta disabilitas.
Dalam kunjungan yang berlangsung selama satu hari tersebut, tim BRIN melakukan serangkaian kegiatan observasi, diskusi kelompok terarah (FGD), serta wawancara mendalam dengan para pengelola dan alumni pelatihan. Peneliti menggali pengalaman, kendala, dan praktik baik dalam proses rekrutmen, pelatihan, hingga penempatan kerja bagi peserta disabilitas.
Salah satu anggota tim peneliti, menyatakan bahwa data lapangan dari lembaga pelatihan seperti BDI sangat vital. “Kebijakan yang baik harus lahir dari pemahaman konteks lapangan. Kami melihat BDI Surabaya telah memulai langkah-langkah inklusif, dan ini dapat menjadi contoh bagi lembaga lain,” ujarnya.
Hasil riset ini nantinya akan dikompilasikan menjadi laporan nasional dan diserahkan kepada pemangku kebijakan di Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, serta kementerian dan lembaga lain yang terkait. Selain itu, laporan juga akan dipublikasikan sebagai sumber rujukan ilmiah dan advokasi kebijakan publik.
Kolaborasi antara BRIN dan BDI Surabaya mencerminkan semangat lintas sektor dalam membangun ekosistem kerja yang inklusif. Dengan tantangan ketenagakerjaan yang terus berkembang, sinergi antara lembaga riset dan pelatihan menjadi kunci dalam mendorong perubahan yang berbasis bukti.
Peneliti BRIN menilai bahwa masih banyak pekerjaan rumah dalam mendesain sistem yang benar-benar adaptif terhadap kebutuhan penyandang disabilitas. Sementara itu, BDI Surabaya berkomitmen untuk terus mengembangkan kapasitasnya sebagai lembaga pelatihan yang inklusif. “Kami menyadari bahwa membangun kesetaraan bukan proses instan. Tapi kami percaya, dengan komitmen dan kolaborasi, perubahan itu mungkin,” pungkas Zya Labiba.
Kunjungan tim peneliti BRIN ke BDI Surabaya menandai langkah maju dalam memperkuat sinergi riset dan praktik kelembagaan untuk mendukung penyandang disabilitas. Diharapkan, hasil dari penelitian ini tidak hanya menjadi dokumen akademik, tetapi juga mampu mendorong lahirnya kebijakan dan program yang berdampak langsung bagi para pencari kerja penyandang disabilitas.
Dengan semangat inklusi dan keadilan sosial, baik BRIN maupun BDI Surabaya percaya bahwa masa depan ketenagakerjaan Indonesia harus dirancang untuk semua, tanpa terkecuali.