JAKARTA Rabu, 2 Maret 2011 | 18:35-
Daya saing industri kecil dan menengah sepatu semakin menurun dan mulai tersaingi produk impor dari China.
“Saya akan fokus ke IKM karena daya saing menurun. Saya mendapat laporan (produk IKM) mulai tersaingi oleh produk impor dari China seperti produk kerajinan sepatu,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat usai membuka diklat pengembangan jasa konsultasi IKM ke-6 di Jakarta, Rabu.
Ia mengakui sulit bagi IKM bersaing dengan produk sejenis dari China karena para pengusaha di negeri itu didukung oleh suku bunga yang sangat rendah dan didukung fasilitas pajak berupa potongan pajak (tax rebate) 13 persen apabila melakukan ekspor.
Hal itu, lanjut dia, menyebabkan produk-produk dari China yang masuk ke Indonesia lebih murah.
Pemerintah Indonesia, lanjut dia, belum bisa mengikuti kebijakan pemerintah China yang mendorong ekspor dengan fasilitas potongan pajak untuk mengejar perolehan devisa.
“Saya sudah minta Dirjen IKM untuk mendatangi sentra-sentra (IKM sepatu). Kami akan programkan bagaimana memperkuat daya saing mereka,” kata Hidayat.
Sementara itu Dirjen IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan telah dipanggil Menperin untuk segera bertindak membangkitkan IKM sepatu kasual yang mulai tersaingi produk China, terutama di sentra IKM Cibaduyut (Jawa Barat) dan Sidoarjo (Jawa Timur).
“Saya mesti mengumpulkan data dari lapangan, sepatu china seperti apa sehingga kami bisa melihat masalahnya di mana. Apakah ada kesulitan bahan baku, atau konsumen lebih menyukai barang-barang impor,” ujarnya.
Ia menilai bisa saja maraknya pembelian sepatu impor dari China oleh konsumen terkait selera konsumen yang secara psikologis merasa bangga memakai sepatu dari luar negeri, meskipun sama murahnya dengan sepatu buatan IKM di dalam negeri.
“Jadi kalau itu, soal prilaku. Kami harus memberi tahu mereka (konsumen) jangan beli (sepatu China), beli punya kita (Indonesia) saja,” ujar Euis yang berjanji segera menurunkan tim ke lapangan untuk investigasi serbuan produk sepatu kasual China untuk pasar menengah ke bawah.
Namun diakuinya, dari sisi tenaga kerja yang andal di bidang persepatuan, Indonesia juga kekurangan tenaga siap pakai.
Menurut dia, industri sepatu membutuhkan sekitar 3.000 tenaga penjahit dan desain sepatu per tahun. Namun, balai persepatuan di Sidoarjo hanya memasok 1.000 tenaga penjahit dan desain sepatu. “Jadi masih kurang,” katanya.
“Persoalan lainnya, bahan baku juga masih impor dari Australia dan Bangladesh karena kita belum memiliki penyamakan kulit yang bagus,” ujar Euis.
Untuk itu, lanjut dia, Kementerian Perindustrian akan bekerja sama dengan berbagai balai dan perguruan tinggi yang terkait dengan peningkatan daya saing IKM sepatu untuk mencetak tenaga andal di bidang persepatuan.
Terkait dengan peningkatan daya saing IKM yang menjadi prioritas, Kemenperin melatih 60 tenaga konsultan IKM yang berasal dari dinas perindag provinsi dan kabupaten, serta balai diklat industri di seluruh Indonesia.