Potensi Chaos Cryptograpy bagi Perkembangan Cryptology

Oleh:
Taukhid Wisnu Broto

Teknologi informasi berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaannya dirasakan semakin dekat dan dibutuhkan oleh masyarakat. Beragam teknologi yang lahir memiliki kegunaannya masing-masing. Kesemuanya tidak terlepas terhadap kebutuhan terhadap adanya jaminan kualitas informasi yang didistribusikan maupun yang disimpan.

Sejalan dengan kondisi di atas, persoalan keamanan terhadap sarana penyimpanan, sarana pengiriman, maupun informasinya sendiri yang berupa images merupakan salah satu bagian yang mengemuka. Banyak hal yang memerlukannya seperti siaran televisi berbayar, konferensi melalui video, database militer dan medis.

Enkripsi dan dekripsi pada umumnya membutuhkan penggunaan sejumlah informasi rahasia, disebut sebagai kunci. Untuk beberapa mekanisme enkripsi, kunci yang sama digunakan baik untuk enkripsi dan dekripsi; untuk mekanisme yang lain, kunci yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi berbeda.

Berbagai macam skema enkripsi untuk pengamanan data dan informasi telah dikembangkan. Beberapa di antaranya adalah Data Encryption Standard (DES), International Data Encryption Algorithm (IDEA), Advanced Encryption Standard (AES), dan Linear Feedback Shift Register (LFSR). Masih banyak lagi skema enkripsi lain yang tergolong skema enkripsi tradisional.

Penggunaan skema enkripsi tradisional untuk enkripsi image ternyata membawa persoalan sekaitan sifat dasar image. Persoalan tersebut berusaha diselesaikan oleh para peneliti dengan mengembangkan penelitan seputar chaos cryptography. Terdapat banyak peneliti yang menyadari keterkaitan antara chaos dan cryptography. Karakteristik dasar chaos yang antara lain broadband spectrum, ergodicity dan high sensitivity to initial conditions berhubungan dengan dua persyaratan dasar sebuah chiphers yang baik yaitu confusion dan diffusion. Telah diijelaskan bahwa diffusion diasosiasikan dengan ketergantungan nilai bits keluaran dengan nilai bits masukkan. Nilai bits tersebut dapat berbeda karena merupakan hasil dari pertukaran urutan maupun pengolahan menggunakan algoritma tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat dimaknakan bahwa semua cryptosystem tradisional dapat dikategorikan sebagai chaotic atau pseudo-random system.

Hal di atas menunjukkan kemungkinan penggunaan chaos untuk memperkaya desain ciphers. Selain itu, sistem chaos telah banyak dipelajari dan secara menyeluruh di tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat banyak hasil kajian teoritis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja rancangan chaotic ciphers. Chaotic ciphers telah banyak diusulkan dan dianalisis sejak tahun 1989.

Dari diskusi di atas, saya percaya bahwa penelitian chaos cryptography dapat memberikan manfaat terhadap cryptology konvensional dan membuka jalan lebih luas untuk desain ciphers yang lebih baik.

Di dalam chaos cryptography, terdapat dua paradigma desain yang utama: pertama adalah paradigma chaotic cryptosystem yang diwujudkan dalam bentuk sirkuit analog yang pada umumnya berdasarkan pada teknik penyelarasan chaos, dan paradigma kedua adalah chaotic cryptosystem yang diwujudkan dalam bentuk sirkuit digital atau komputer serta tidak tergantung kepada teknik sinkronisasi chaos. Secara umum dapat dikatakan bahwa chaotic cryptosystems yang berbasis kepada penyelarasan pada umumnya didesain untuk komunikasi aman melalui noisy channel dan tidak dapat seketika digunakan untuk desain chipers digital kriptografi murni.

Tinggalkan Balasan